Pasar Tradisional Tumburuni Papua



Pasar Tumburuni atau kadang disebut Tambaruni yang berada di Fakfak, Papua Barat, kabarnya adalah pasar tradisional paling tertata dan rapi di seluruh Papua. Demikian pendapat seorang teman asal Papua yang sudah pernah menjelajahi pasar-pasar tradisional di Papua. Ketika berada di Fakfak, saya pun menyempatkan diri berjalan-jalan ke pasar ini.  Akses menuju ke pasar Tumburuni cukup mudah, cukup satu kali naik angkot dari daerah pertokoan yang berada di pusat kota, lalu turun di terminal yang berada persis di seberang pasar. Bangunan pasar Tumburuni sudah permanen, serupa dengan bangunan pasar-pasar tradisional yang ada di Jawa. Di dalam area yang cukup luas terdapat sebuah bangunan berlantai 3. Lantai bawah menjual kebutuhan pokok, sementara di lantai 2 dan 3 terdapat kios-kios yang menjual pakaian, peralatan sekolah, sampai handphone dan pernak-perniknya. Setelah melihat-lihat sebentar di lantai 2 dan 3, saya memutuskan ke lantai bawah yang menurut saya lebih menarik untuk dilihat dan diamati.


Di lantai bawah, penuh dengan pedagang yang menjual sayuran, buah-buahan, dan berbagai jenis kebutuhan pokok lainnya. Pasar ini telihat bersih untuk ukuran pasar tradisional karena di luar tersedia tempat pembuangan sampah sehingga sampah tidak berserakan di mana-mana. Barang-barang yang dijual disini cukup berkualitas, setidaknya menurut pengamatan saya. Oya, salah satu dagangan khas di pasar ini adalah ikan asin dan ikan asap yang memiliki kualitas baik. Ini tidak mengherankan karena Fakfak memang dekat dengan laut. Kue khas Fakfak, yaitu kue lontar juga dijual di pasar ini. Begitu melihat bentuk kue lontar, saya cukup kaget karena kue ini sangat mirip dengan egg tart atau pie susu. Awalnya saya mengira kue lontar itu kue yang betul-betul kue tradisional, ternyata sejenis pie susu. Di pasar ini juga menjual paket sirih pinang yang terdiri dari sirih, pinang, kapur, gambir dan sedikit tembakau.  Sebagaimana di beberapa daerah di Indonesia, mengunyah sirih pinang merupakan kebutuhan pokok bagi sebagian besar orang Papua.


Sementara di bagian luar pasar terlihat penjual pisang dan salah satu buah legendaris: durian. Walaupun saat itu bukan musim durian, tetap ada yang menjual durian. Beberapa orang tertarik melihat-lihat durian lalu terjadi tawar menawar antara calon pembeli dengan penjualnya.  Gagal mencapai kesepakatan, si calon pembeli beralih ke penjual durian lainnya. Dari percakapan yang sempat saya tangkap sedikit, harga yang ditawarkan kalau tidak salah Rp 120.000 atau Rp. 150.000 untuk satu ikat. Satu ikat terdiri dari 6-8 durian. Selain penjual buah-buahan ada pula penjual burung nuri. Burung nuri sebetulnya tergolong jenis satwa yang dilindungi, tetapi di pasar ini burung nuri termasuk komoditi yang diperdagangkan. Mungkin karena menyadari hal itu, penjual burung nuri menutupi barang dagangannya dengan koran, kalau ada yang berminat barulah burung nuri diperlihatkan ke calon pembeli. Setidaknya itu yang saya amati. Sayang tidak sempat saya foto. Hal menarik lain yang saya amati di pasar Tumburuni adalah pasar ini juga menjadi tempat untuk mengkampanyekan seks aman dan tidak berganti-ganti pasangan. Sepertinya  sebagai salah satu upaya untuk mengurangi angka HIV-AIDS di daerah ini. Sepengamatan saya, terdapat poster-poster yang ditempel bagian atas dinding di lantai bawah. Di poster tersebut ada himbauan seperti: "kalo gonta-ganti pasangan ko bisa kena IMS dan HIV!".  Selain itu di poster lain yang tidak sempat saya foto  terdapat himbauan senada yang menggunakan bahasa lokal, mungkin supaya lebih mudah diterima masyarakat, seperti: "kitong harus setia deng pasangan", "kitong pake pengaman."


Sekilas, pasar ini sama dengan pasar-pasar tradisional lainnya. Tetapi jika dilhat lebih lanjut, pasar ini juga punya keunikan tersendiri.  Tidak hanya berfungsi sebagai pasar tradisional biasa yang berisi transaksi jual beli, pasar ini ternyata juga berfungsi sebagai tempat untuk kampanye seks aman dan setia dengan pasangan untuk mengurangi angka HIV.  Lalu untuk menjaga kebersihan, memang sudah disediakan tong sampah di area pasar, yang betul-betul berfungsi sebagai tempat pembuangan sampah, dan umumnya para pedagang membuang sampah di tempatnya sehingga jarang ditemukan sampah yang tercecer. Secara umum, pasar Tumburuni, dengan segala dinamika dan keunikannya, adalah salah satu pasar tradisional terbaik yang pernah saya lihat, terutama di Indonesia bagian timur dan tidak kalah dengan pasar-pasar tradisional di Jawa. Bahkan setelah pasar tradisional di Kota Sorong yang merupakan kota industri dan perdagangan di Papua dan di Manokwari (ibukota propinsi), pasar tradisionalnya tidak serapi pasar Tumburuni.

Sumber : www.kompasiana.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.