Papua
Pasar Modern
Isaac Bliss Bangun Mall di Papua
Dunia properti bukan merupakan lahan bisnis baru bagi Isaac Bliss Tanihaha. Sejak masih bermukim di Amerika Serikat, pengusaha kelahiran 23 Mei 1980 ini sudah mengembangkan bisnis properti di sana. Ketika kembali ke Indonesia pada 2010 lalu, ia pun melirik bisnis properti di Indonesia.
Lewat perusahaan properti miliknya, BlackSteel Group, ia mulai mengembangkan bisnis properti di wilayah timur Indonesia, tepatnya di Ambon, Maluku. Isaac sukses membangun pusat perbelanjaan pertama dan terbesar di Ambon, yaitu Ambon City Center. Dengan luas area 6 hektar dan luas bangunan 30 ribu meter persegi, Ambon City Center berhasil menjadi magnet baru yang menghidupkan denyut perekonomian dan membuka lapangan kerja bagi masyarakat lokal di Ambon.
Isaac berujar, sejak awal melirik bisnis properti di Indonesia, ia memang tidak tertarik untuk mengembangkannya di Jakarta, sebagai ibukota negara. Sebaliknya, ia lebih memilih untuk berinvestasi di luar Jakarta. Banyak alasan yang membuatnya mengambil keputusan tersebut. “Dari sisi asset price, maupun sisi kompetisi, kami memang tidak lagi berminat untuk berinvestasi di Jakarta, karena harganya sudah tidak masuk akal, it’s doesn’t make sence. Makanya kami lebih memilih ke wilayah timur Indonesia,” tukas pemilik hobi basket, renang dan membaca buku ini.
Menggairahkan Ekonomi Daerah
Sukses dengan pembangunan Ambon City Center, Isaac pun mulai mengembangkan bisnis propertinya ke daerah lain. Wilayah Indonesia Timur tetap menjadi prioritas utamanya. Setelah Ambon, Isaac dengan BlackSteel Group-nya menggarap kota-kota seperti Sorong di Papua dengan proyek The Plaza Sorong dan Sorong City Center; Palu di Sulawesi Tengah dan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Berlanjut di kota Ponorogo, Jawa Timur dan juga mulai merambah ke kota-kota di Pulau Sumatera, seperti Tanjung Pinang.
Bisnis utama dari BlackSteel Group menurut Isaac tetap pembangunan mal. Namun pengembangan bisnis propertinya tersebut akan disesuaikan dengan lokasi dan prospektif bisnisnya, serta berapa besar area yang dimiliki di masing-masing kota. Sebagai contoh di Ponorogo, Jawa Timur, lahan yang dimiliki hanya 1,1 hektar, jadi hanya bisa dibuat untuk mal dan hotel. Kalau untuk Tanjung Pinang, karena memiliki area 2,5 hektar, selain mal, juga akan dibangun shopping arcade dan hotel. Sedangkan di Ambon, kini sudah ada dua mal yang terkoneksi, yang selanjutnya juga akan dibangun hotel dan rumah sakit dalam satu kawasan. Untuk di Lombok, selain pusat perbelanjaan Lombok City Center, juga akan dilengkapi dengan hotel, rumah sakit dan waterpark.
Dukungan dari Pemerintah Daerah
Menurut Isaac, pihaknya serius mengembangkan perekonomian di kota-kota yang cenderung tidak diminati para pengembang properti besar. Kota-kota kedua yang potensial, namun kurang digarap menjadi sasaran dari kelompok BlackSteel. Diakui Isaac, kehadiran proyek propertinya mampu menggairahkan perekonomian di kota bersangkutan. “Contohnya di Ponorogo. It’s crazy, setelah kami membangun mal di Ponorogo, tanah di daerah sana harganya langsung melonjak. Sekarang ini per meter Rp 3 juta saja belum tentu ada yang mau lepas, haha … Efek dominonya langsung terasa, denyut perekonomian dan aktivitas sekarang mulai berjalan. Begitupun di kota-kota lain yang ada proyek kami, perekonomian daerahnya semakin menggeliat. Ini merupakan salah satu upaya kami untuk pemerataan ekonomi di Indonesia,” tukas lulusan Mechanical Engineering dari University California, Los Angeles, Amerika Serikat.
Untuk itulah, Isaac berharap apa yang dikembangkan oleh perusahaannya mendapat dukungan penuh dari pemerintah pusat dan daerah, terutama dari segi regulasi dan hukum untuk kemudahan berinvestasi di daerah. Karena apa yang dirasakan Isaac, terkadang keseriusannya untuk berinvestasi di luar daerah, kurang mendapat sambutan hangat dari pemerintah daerah setempat. Menurutnya, ijin-ijin terkadang masih dipersulit. “Ini memang personal opinion saya. Saya akui, Presiden Jokowi is have a good vision, mental revolution. Tapi masalah di Indonesia yang saya lihat, presidennya bilang A, tengahnya bilang B, nah … buntutnya bisa bilang C, jadi tidak ada red line-nya. Mungkin butuh waktu lebih lama untuk berubah, tapi saya percaya perubahan itu nantinya akan terjadi,” tukasnya. Isaac berharap bisa ada keselarasan antara peraturan pemerintah dan peraturan daerah, sehingga segalanya menjadi lebih pasti bagi calon investor.
Sumber : www.bareksa.com
Post a Comment